Total Tayangan Halaman

Jumat, 12 Maret 2010

Dari kompor hingga Motor

umat, 12 Maret 2010 | 03:19 WIB

Oleh NAWA TUNGGAL

Alkohol hasil penyulingan tradisional sering diidentikkan dengan minuman keras. Padahal, alkohol itu sudah diturunkan jauh dari kadar aslinya.

Jika saja alkohol hasil penyulingan tradisional itu dipertahankan pada kadar asalnya yang mencapai 70-80 persen, justru lebih banyak manfaatnya.

Bukan cuma banyak manfaat, melainkan peluang pasarnya pun terbuka sangat lebar. Keuntungannya pun bisa sangat besar. Sayang, masih sedikit kalangan yang memanfaatkan alkohol hasil penyulingan tradisional itu. Di antara yang sedikit itu, antara lain Soelaiman Budi Sunarto, pendiri Koperasi Serba Usaha Agro Makmur di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Dengan sentuhan inovasi dan kreativitasnya, alkohol hasil penyulingan tradisional berkadar tengah 80 persen, digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Adapun alkohol kadar rendah sampai 30 persen digunakan untuk kompor rumah tangga.

”Selain bermanfaat untuk masyarakat banyak, penggunaan alkohol ini juga memberikan sumbangan pada pencegahan global warming. Pemanasan global,” ujar Budi.

Saat mengunjungi Redaksi Kompas, Rabu (10/3) malam, Budi menunjukkan, tiga hasil inovasinya yang semuanya memanfaatkan alkohol. Alkohol itu bisa diperolehnya dari hasil fermentasi singkong, sekam padi, bahkan sampah sayur-sayuran yang mudah diperoleh dan jumlahnya melimpah di pasar-pasar tradisional.

”Asal mau memanfaatkan sumber daya setempat, masyarakat bisa memproduksi alkohol dan selanjutnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Untuk kompor berbahan bakar alkohol, misalnya, Budi menunjukkan transduser. Alat ini sangat mudah diperoleh di toko-toko yang menjual perlengkapan akuarium. Alat ini biasanya digunakan untuk penggelembung udara pada kolam atau akuarium. Harganya sekitar Rp 90.000 per unit.

Di tangan Budi, transduser ditaruh dalam larutan alkohol kadar 30 persen sehingga menghasilkan gelembung gas yang bisa dibakar. Hasil pembakaran inilah yang dimanfaatkan sebagai kompor alkohol kadar rendah 30 persen.

”Sangat sederhana sehingga masyarakat desa pun bisa membuatnya,” ujar Budi.

Suryadi, periset di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), yang mendampingi Budi, mengatakan, transduser berfungsi memecahkan molekul-molekul air. Kemudian memisahkannya dengan molekul alkohol. ”Akibatnya, alkohol itu menjadi mudah terbakar. Karena terpecah menjadi sangat kecil, molekul-molekul air ikut terbakar pula,” kata Suryadi.

Tanpa transduser, alkohol kadar 30 persen sulit terbakar sehingga sangat aman dari risiko meledak atau kebakaran.

Diuji coba

Kedua peralatan lainnya berupa pengabut alkohol kadar 80 persen dan penguat api pada busi. Pada akhir Januari 2010, kedua peralatan itu diuji coba di Pusat Inkubator Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang.

Direktur Eksekutif Institut for Science and Engineering Development (ISED) pada Pusat Inkubator Teknologi BPPT Dr Ing Pudji Untoro menyatakan, kedua alat tersebut, yang disebut sebagai magnetic vortex power dan penguat api busi, telah teruji.

Sepeda motor dua tak dengan beban dua orang mampu dijalankan. Satu liter alkohol kadar 80 persen teruji mampu menempuh jarak 35 kilometer.

Sepeda motor empat tak juga diuji dengan kedua peralatan tersebut dengan bahan bakar alkohol kadar 80 persen. Hasil uji coba dengan beban pengendara yang sama mampu menempuh jarak 40 kilometer per liter.

Uji coba masih dijalankan lagi untuk genset. Generator berkapasitas 1.000 watt dipasangi magnetic vortex power dan pembesar api, ternyata juga dapat dinyalakan dengan alkohol kadar 85 persen. Hasilnya, genset menyala 50 menit per liter dengan beban pemakaian listrik 500 watt.

Inspirasi kebakaran

Budi mengatakan, teknologi penggunaan bahan bakar alkohol kadar tengah diinspirasi peristiwa kebakaran. Ketika terjadi kebakaran dengan api yang besar, lalu disiram air seember, justru nyalanya makin membesar. ”Kesimpulannya, air dengan kadar tertentu bisa memperbesar pembakaran,” kata Budi.

Kemudian, Budi merangkai penguat arus listrik yang bisa menghasilkan api busi kendaraan menjadi lebih besar. Peralatan itu dibuat dengan kapasitor elektronik 500 mikrofarad 50 volt untuk sepeda motor, dan 1.000 mikrofarad 100 volt untuk mobil.

”Untuk mendapatkan kapasitor itu, tinggal beli saja di toko-toko peralatan elektronik. Harganya sekitar Rp 25.000 per unit,” kata Suryadi.

Nyala api busi terbukti lebih besar. Api busi membiru dan mampu menjilat kutub lain berjarak sampai dua sentimeter.

Selanjutnya, Budi menggagas untuk mengabutkan alkohol kadar 80 persen supaya menjadi lebih mudah terbakar. Maka, dibuatlah magnetic vortex power.

Budi membuat alat ini dengan material limbah meliputi logam magnet lingkaran bekas pengeras suara dengan diameter 4 sentimeter sebanyak 10 buah, pipa tembaga berdiameter 0,5 sentimeter sepanjang 50 sentimeter, dan besi tabung berdiameter 4 sentimeter sepanjang 18 sentimeter. Hasilnya, bahan bakar motor irit luar biasa!



Jumat, 29 Mei 2009

Jual Bioetanol

  Bioetanol adalah salasatu bahan bakar terbarukan yang kehadiranya sekarang - sekarang ini lagi naik daun, seiring dengan pemanasan global dan makin menipisnya cadangan minyak bumi.

  Seperti yang kita tahu, beberapa waktu yang lalu SBY didalam pidatonya pernah menyinggung tentang cadangan minyak bumi INDONESIA yang di perkirakan hanya cukup untuk 18 th kedepan.Bisa dibayangkan.......keadaan setelah itu.

  Disini penulis mencoba  mengajak untuk memproduksi dan menjual bioetanol,agar kejadian kelangkaan minyak bumi dan bahan bakar bisa tertanggulangi.Seperti halnya Negara Berasil, yang dari jauh-jauh hari telah mengembangkan dan memproduksi bioetanol secara besar - besaran.Hal tersebut terus diikuti oleh negara - negara lain seperti Amerika, India, Cina, Australi dan di negara - negara eropa. Bagai mana dengan INDONESIA????

  Produksi bioetanol di Indonesia Sebagian besar diserap oleh Pasar domestik,diantaranya Industri Kimia, Industri Farmasi, Industri Kosmetik,Industri minuman dan hanya sebagian kecil yang diekspor.Dari semua itu, masih sangat - sangat sedikit untuk di jadikan bahan bakar, seperti untuk pengganti minyak tanah dan bahan bakar kendaraan bermotor.

  Makin banyak masarakat kita yang memproduksi bioetanol, makin baik juga perekonomian negara kita dalam jangka panjang......:-)  mungin hal itu anda lebih tau.

  Untuk menjual bioetanol, alangkah lebih baiknya kalau kita sekalian memproduksinya.Baik skala pilot projek maupun sekala rumah tangga, karena untuk memproduksi bioetanol itu tidak sesulit yang dibayangkan.

  Untuk lebih lanjutnya silahkan baca tautan di bawah tentang "PROSES PEMBIKINAN BIOETANOL" Penulis telah mengupasnya di awal blog.

   

Rabu, 06 Mei 2009

Proses Pembikinan Bioetanol

  Ditengah krisis Global dan semakin tingginya harga minyak dunia membikin kita harus benar - benar memeras otak hanya untuk dapur supaya tetap ngebul.Dapat di pastikan kedepanya cadangan minyak bumi(fosil) akan semakin habis dan harga akan semakin melambung seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang haus akan konsumsi bahan bakar.

  Pasti disini anda telah banyak mengenal akan bahan bakar nabati atau biasa juga disebut bahan bakar terbarukan,karena sipatnya yang dapat di regenerasi,sehingga layak untuk disebut sebagai bahan bakar masa depan.

  Indonesia sebagai negara tropis,tentu sangat diuntungkan dengan banyaknya berbagai jenis bahan dasar untuk BIOETANOL.Dan kitapun disini dapat memanpaatkan berbagai bahan baku tersebut untuk bioetanol.

  Bahan baku untuk bioetanol yang sering kita jumpai di antaranya;

  • Singkong
  • Ubi jalar
  • Tebu dan tetes(molase)
  • Jagung
  • Sorgum
  • Nira aren dan masih banyak lagi yang lainnya.

  Bahan baku untuk biodesel,diantaranya;

  • Jarak pagar
  • Kacang kedele
  • Minyak sawit
  • Minyak jelantah / sisa penggorengan (Mudah - mudahan di blog mendatang saya bisa sedikit mengulas tentang proses pembikinan biodesel dari minyak jelantah / sisa penggorengan).

  Disini saya akan menyinggung sekilas tentang proses pembikinan bioetanol berbahan dasar singkong, dengan mesin yang sangat sederhana sehingga andapun dapat memproduksi bioetanol sendiri dihalaman belakang rumah anda.

  Alat yang diperlukan;

  • Parut
  • Wajan Pemasak
  • Tong fermentasi
  • Tangki Penguap
  • Mesin distilasi
  • Jerigen penampung bioetanol

  Proses pembuatan boietanol;

  • Kupas kasar ubi kayu segar sebanyak 50kg.Dicuci dan diparut hingga halus.
  • Saring dan masukan parutan ubi kayu kedalam wajan pemasak.
  • Tambahkan air 40-50lt dan aduk sambil di panasi mengunakan tungku,kompor atau lain sebagainya.
  • Tambahkan enzim alfa-amilase 1,5ml(di toko kimia khusus).Panaskan selama 30-60menit pada kisaran suhu 90 derajat celcius.
  • Dinginkan hingga suhu menjadi 55-60 derajat celcius.gunakan alat penukar panas agar proses menjadi cepat.
  • Tambahkan enzim gluko-amilase 0,9ml dan jaga temperatur pada kisaran 55-60 derajat celcius selama 3 jam.Lalu dinginkan suhu menjadi dibawah 35 derajat celcius.Gunakan alat penukar panas untuk proses supaya lebih cepat.
  • Tambahkan 1 gr ragi tape,urea 65 gr,dan npk 14 gr.Biarkan selama minimal 3 hari atau bila gelembung sudah reda.Fermentasi yang berhasil akan ditandai dengan aroma tape yang menyengat,tidak terdengar lagi suara gelembung gas dan keasaman pH diatas 4.
  • Pindahkan cairan yang mengandung bioetanol 7-9% itu kedalam kedalam tangki tertutup yang berpungsi sebagai penguap.
  • Panaskan tangki penguap hingga keluar uapnya menuju alat distilasi,hal ini terlihat pada rambatan panas pada pipa yang menuju alat distilasi tsb.Atau dapat dilihat dengan naiknya termometer pada tangki penguap.
  • Tahan temperatur pada kisaran 79 derajat celcius dan cairan bioetanol mulai keluar.kontrol temperatur dapat diatur melalui sistem pengapian.
  • Bila cairan bioetanol telah berhenti keluar,naikan suhu secara bertahap sehingga keluar lagi bioetanol dengan kadar yang lebih rendah.hal itu bisa diulang hingga kadar etanol benar - benar habis.

  Dan kini andapun sudah dapat memproduksi bioetanol sendiri,walaupun hanya untuk sekala rumah tangga,sehingga engga perlu khawatir dengan naik turunya harga bahan bakar minyak.Dan yang trpenting kita sudah ikut andil didalam menekan laju pemanasan global :-)

  Semoga dengan tulisan yang sedikit ini dapat membantu teman - teman untuk mengembangkan bioetanol,sehingga tercipta desa mandiri energi.

  o O o.....ia teman - teman,saya juga terima pesanan pembikinan tangki penguap dan alat distilasi sekala rumah tangga dengan harga yang sangat terjangkau. 

 Saya tunggu saran dan keritik dari teman - teman.